Pandemi belumlah berlalu, seiring dengan upaya untuk lebih mawas diri, maka Desa Sayan yang terletak di Kecamatan Ubud, Kab. Gianyar tengah berupaya untuk bangkit, tidak hanya untuk pulih dari dampak pandemi, namun juga untuk meneguhkan pentingnya kebersamaan sebagai modalitas penting dalam sebuah komunitas/masyarakat desa. Persoalan yang dihadapi desa sangatlah kompleks mulai dari persoalan konflik, kemiskinan, kerusakan lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Kolaborasi dan sinergitas dengan berbagai pemangku kepentingan desa merupakan keniscayaan bagi Pemerintah Desa Sayan agar program kemandirian desa bisa berjalan cepat dan maksimal. Sayan Rumaket tidak hanya merefleksikan upaya konsolidasi secara internal di tingkat masyarakat desa, namun juga sebagai bentuk inklusivitas desa dalam merangkul berbagai pihak termasuk Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA). Menilik pada sejarah Indonesia, cerita mengenai desa adalah cerita kekalahan. Desa identik dengan citra orang kalah, kumuh, miskin, pinggiran, keterbelakangan, dan kebodohan. Kata ndeso dari bahasa Jawa yang berasal dari kata “desa” sering digunakan sebagai olok-olok atas kondisi tersebut. Cara pandang ini sudah lumrah dan menjadi kesadaran banyak orang. Itulah sebabnya, selama ini desa dijadikan sebagai obyek atas proyek-proyek pembangunan. Tujuannya hanya satu, menghilangkan stigma desa. Apakah proyek pembangunan itu sesuai dengan kebutuhan orang desa? Itu urusan lain. Pemerintah Desa Sayan dan Kagama berbagi visi yang sama bahwa kemajuan dan kemandirian desa adalah prasyarakat utama dalam menuju negara kesatuan RI yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Maka melalui berbagai event yang akan dilaksanakan di Desa Sayan, masyarakat desa didukung oleh berbagai pihak berupaya mempererat kerukunan dan kebersamaan untuk mencapai kemajuan desa serta tujuan yang lebih baik lainnya di masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan motto Kagama “guyub rukun migunani”, sesuai konteks masyarakat Indonesia yang memang multibudaya, multiagama, diperlukan suatu konsesus bersama untuk mencoba menjunjung azas multikultural yang memberikan hak hidup atas segala perbedaan, sehingga kehidupan masyarakat yang berbeda tersebut bisa hidup berdampingan secara harmonis. Rangkaian kegiatan Sayan Rumaket akan diwarnai oleh upaya untuk melibatkan generasi muda Desa Sayan dan sekitarnya guna meneguhkan peran generasi muda yang semakin penting dan strategis di masa depan di semua lini kehidupan. Terutama dalam membangkitkan perekonomian desa hingga nasional dengan berbagai pendekatan milennial berbasis teknologi dan aplikasi yang akan memperkuat sendi-sendi ekonomi berbasis alam (komoditi pertanian & perkebunan), kesenian dan budaya hingga kepariwisataan yang berkualitas dan berkesinambungan. Desa Sayan dengan segala potensinya akan menjadi “laboratorium hidup” dalam upaya meningkatkan ketahanan dan kemampuan pulih (resilient) dalam menghadapi tantangan perubahan dari krisis global hingga dampak perubahan iklim. Jika selama ini pembangunan desa cenderung dilakukan tanpa menempatkan manusia desa sebagai subyek pembangunan yang terlibat atau dilibatkan dalam pengambilan keputusan, maka penyelenggaraan berbagai event SAYAN RUMAKET ini dapat disebut sebagai antitesis dari pendekatan yang selama ini dijalankan. Pendekatan berbasis hak menempatkan manusia sebagai komponen terpenting dalam pengambilan keputusan terutama terkait sumberdaya alam dan komunitas.