.jpg)
Pada umumnya kita sebagai umat di Bali mempunyai suatu dasar keyakinan bahwa setiap Desa maupun Banjar me1.mpunyai sejarah masing-masing sebagai latar belakang berdirinya suatu Desa atau Banjar, untuk menulis sejarah Desa secara jelas kami buat atas dasar babad-babad, cerita dari orang tua, dari mulut ke mulut yang kebenarannya diyakini oleh masyarakat.
Sejarah Desa Sayan tidak bisa dipisahkan dengan Desa Kedewatan, karena Desa Sayan merupakan Pemekaran dari Desa Kedewatan yang secara resmi sebagai desa difinitif berdasarkan keputusan Gubernur Nomor 661 tahun 1991, tanggal 28 Oktober 1991.
Bedasarkan beberapa catatan terutama Prasasti yang di simpan di Pura Pucak Payogan bahwa di daerah kita sudah ada Desa sejak tahun 11 saka atau tahun 89 masehi berdasakan Candra Sengkala yang berbunyi Candra Bumi. Candra artinya 1 dan Bumi juga artinya 1 = Tahun 11 Caka. Sejak kedatangan Rsi Markandya dari Gunung Damalung yang terkenal dengan sebutan Gunung Raung menuju Desa Taro melalui Pura Campuhan Ubud, banyak pengikut beliau yang berdiam di disekitar sungai wos, terbukti dengan adanya ceruk-ceruk tempat pertapaan para pengikut Rsi Markandya. Ceruk itu disebut goa raksasa. Di samping itu hingga kini orang-orang masih meyakini adanya suatu tempat dalam cerita rakyat disebutkan seorang raksasa yang mati dibunuh oleh seorang petani di Subak Pacekan Penestanan Kelod. Hal tersebut menggambarkan orang-orang Bali Aga pengikut Rsi Markandya pada zaman dahulu yang tinggal di Desa Sayan.
Dalam Hal itu dapat disimpulkan bahwa Desa Sayan merupakan Desa yang tua peradaban serta kebudayaan yang tua pula.
- Zaman Kerajaan Mengwi
Seperti yang telah di paparkan di atas bahwa sejarah Desa Sayan sebelum Pemerintahan Kerajaan Mengwi amat gelap, kita sebutkan sejarah sejak Kerajaan Mengwi memerintah Desa Sayan yang pada waktu itu diperintah oleh Kelurahan keturunan Mengwi yang berkedudukan di Banjar Kutuh. Banjar-banjar yang terkenal pada waktu itu adalah Banjar Sayan dan Banjar Penestanan. Pada zaman itu daerah ini amat makmur, terbukti adanya Pura Dalem, Pura Desa dan Pura Puseh, Pura Naga Sari.
Untuk beberapa lama Pemerintahan keturunan Lurah Mengwi menguasa daerah ini terjadilah kekacauan yang ditimbulkan oleh raja-raja pasal yang bermusuhan satu sama lainnya sehingga Kerajaan Mengwi menjadi lemah.
- Zaman Kerajaan Gianyar
Setelah runtuhnya Dinasti (keturunan) Sukawati maka munculah Kerajaaan Gianyar dan banyak punggawa yang tunduk dibawahnya, seperti Ubud dan Peliatan. Mengetahui kerajaan Mengwi yang sedang mengalami perpecahan maka kesempatan ini di manfaatkan oleh punggawa Ubud dan Peliatan untuk menyerang Kelurahan Sayan. Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah oleh punggawa Ubud dan Peliatan dibuatlah suatu siasat dengan jalan menyebarkan berita kepada masyarakat bahwa Raja Gianyar akan menyerang kelurahan Sayan. Pada saat berita yang sengaja itu sedang tersebar luas oleh punggawa Ubud dan Peliatan dibakarlah sebuah bangsal yang terletak di sawah Pacekan yang menimbulkan dentuman (suara) sehingga rakyat jajahan Mengwi lari ke arah barat, di sebelah barat sungai Ayung yaitu Desa Bongkasa. Ini terbukti hingga kini di Desa Bongkasa ada banjar yang bernama Banjar Sayan pindahan dari Banjar Sayan, Banjar Kambang pindahan dari Banjar Penestanan, peristiwa tersebut terjadi kurang lebih tahun 1840.
Karena penduduk Desa Sayan mengungsi ke Desa Bongkasa maka Desa Sayan menjadi kosong, atas kekosongan inilah masing-masing punggawa Ubud dan Peliatan memerintah Sayan dan bagi penduduk yang tidak mengungsi menyerahkan nasibnya kepada kerajaan yang memerintah kemudian punggawa Peliatan mendirikan pertahanan di beberapa wilayah, yaitu:
- Banjar Penestanan Kelod
- Banjar Kutuh
- Banjar Pande
Punggawa Ubud mendirikan pertahanan di wilayah yaitu:
- Banjar penestanan Kaja
- Banjar Baung
Manca Mas mendirikan pertahanan di banjar Mas, Manca Batubulan mendirikan pertahanan di:
- Banjar Sindu
- Banjar Ambengan
- Zaman Kebesaran Ubud
Pada zaman kebesaran Ubud daerah disebelah barat sungai wos dibagi menjadi dua Desa/kelurahan, yaitu:
- Desa Sayan terdiri dari 8 Banjar yaitu :
- Banjar Kutuh
- Banjar Pande
- Banjar Baung
- Banjar Mas
- Banjar Sindu
- Banjar Ambengan
- Banjar Penestanan kaja
- Banjar Penestanan Kelod
- Desa/kelurahan Kedewatan terdiri dari 6 Banjar yaitu :
- Banjar Tanggayuda
- Banjar Bunutan
- Banjar Kedewatan
- Banjar Lungsiakan
- Banjar Payogan
- Banjar Kedewatan Anyar
Pada masa itu kedua desa ini berpungsi menjaga serangan yang datang dari kerajaan Mengwi.
- Zaman Belanda
Pada zaman Pemerintahan Belanda kedua Desa ini digabung menjadi satu dengan sebutan Perbekel Kedewatan.
- Zaman Revolusi Tahun 1945 s/d 1949
Pada zaman Revolusi masyarakat Desa Sayan tidak mau bertopang tangan, ikut pula berjuang untuk mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 1945.
Pada zaman itu Belanda ingin kembali menjajah Indonesia dengan ikut tentara Nica, mengetahui kedok Belanda tersebut masyarakat Desa Sayan mulai mempersiapkan diri untuk menentang penjajahan Belanda. Untuk melawan Belanda dibangunlah P R I yang merupakan Barisan Anti Penjajah dengan staf di Bencingah Sayan. Setelah Belanda masuk ke Desa Sayan staf PRI ini di pindahkan ke Tegal Jambangan dan di bentuk pula Barisan Hitam yang di pimpin langsung oleh Tjokorda Gde Agung Sayan (Almarhum) dengan jumlah pasukan 30 orang. Dengan diketahuinya staf Barisan Hitam tersebut oleh Belanda di Tegal Jambangan maka di gempurlah staf tersebut sehingga pada saat itu gugurlah I Liyang dari Banjar Sindu dan staf/pasukan yang lainnya bergabung pindah ke barat bergabung dengan Pasukan Gusti Ngurah Rai yang terkenal dengan nama Ciung Wenara.
Pahlawan Kusuma Bangsa di Desa Sayan antara lain:
- I Liyang dari Banjar Sindu, gugur di Tegal Jambangan
- I Nombrog dari Banjar Penestanan Kaja, gugur di Ubud
- I Made Seken dari Banjar Baung, gugur di banjar Peninjauan (Kab. Dati II Badung)
- I Wayan Lemud dari Banjar Baung, gugur di banjar Peninjauan (Kab, Dati II Badung)
- I Nasa dari Banjar Sindu, gugur di Banjar Sindu
- Dewa Gde Rai dari Banjar Sindu, gugur di Banjar Sindu
Demikian gigihnya perjuangan masyarakat Desa Sayan dalam mempertahankan Kemerdekaan, tentunya tidak perlu diragukan lagi Tegal Jambangan Desa Sayan merupakan Basis perjuangan mempertahankan Kemerdekaan.
Di Tegal Jambangan dibangun Tugu Revolusi yang digambarkan dengan Neraca (Timbangan) dan di tempat itu pula sebagai tempat untuk memeriksa orang-orang yang berkianat terhadap bangsanya di berikan hukuman mati. Satu-satunya Tugu di Nusa Tenggara ini di bangun di Tegal Jambangan.
Sangat dipandang perlu melakukan upaya–upaya pemberdayaan masyarakat melalui eksistensi kelembagaan, peningkatan motivasi, partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa, dalam rangka mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah. Pemberdayaan masyarakat desa dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan segala kekuatan/potensi (strenght) serta peluang (oppurtunities) yang dimiliki oleh desa serta penguatan kelembagaan desa sebagai fungsi koordinatif sehingga memaksimalkan pemanfaatan sumber daya dapat diawasi dan selalu mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.
Kearipan pemikiran di dalam pemanfaatan sumber daya desa mutlak diperlakukan sehingga upaya–upaya pembangunan desa yang dilaksanakan dapat berjalan seimbang antara kepentingan ekonomis dengan kepentingan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam penempatan kebijakan pembangunan desa sedapat mungkin arahnya agar mampu membangkitkan motivasi, partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat desa serta memperkuat integritas desa sehingga eksistensi desa dengan segala keunikannya tetap ajeg/lestari.
Profil Pembangunan Desa yang dalam penulisannya berisikan berbagai informasi tentang keberadaan dan tingkat perkembangan desa, merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya mendorong usaha pembangunan masyarakat atas dasar kemampuan sendiri, sekaligus untuk meneliti dan mengevaluasi keberhasilan upaya-upaya masyarakat dalam pembangunan desa
Terkait dengan Lomba Desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2007, bahwa penyusunan/penulisan Profil Pembangunan Desa diharapkan dapat mengungkap kekuatan/Potensi, peluang serta tingkat perkembangan desa. Data yang dipergunakan dalam penyusunan profil desa adalah data tahun terakhir yakni tahun 2019, dengan demikian semua indikator penilaian lomba desa dapat di neracakan serta untuk mencermati kecendrungan masing-masing indikator dan sub indikator perlombaan desa.